Bagi
kita para praktisi di bidang rancang bangun maupun jasa konstruksi
mungkin pernah mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa “kontraktor itu
pencuri, konsultan itu penipu”. Terlepas dari benar atau tidaknya
ungkapan tersebut tentunya kita masing-masing akan memiliki pendapat
yang berbeda. Apabila kita mau membuka mata dan hati, sepertinya kita
akan merasa sangat prihatin dengan kondisi dunia jasa konstruksi di
negeri kita ini. Praktik-praktik yang tak beretika sepertinya sudah
menjadi hal biasa dan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari
perjalanan sebuah proyek mulai dari proses tender sampai berakhirnya
masa pemeliharaan sebuah proyek.
Haruskah kita membiarkan diri kita terhanyut dalam arus yang tidak sehat tersebut? Mungkinkah kita dapat berperan dalam memperbaiki keadaan? Cara terbaik yang dapat dilakukan hanyalah dengan memulai dari diri kita sendiri untuk konsisten dalam menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam segala hal yang kita kerjakan walau bagaimanapun konsekuensinya. Pepatah jawa mengatakan “jamane wis edan, yen ra ngedan ra keduman” yang berarti bahwa “jaman sudah gila, kalau tidak ikut-ikutan gila tidak akan kebagian”. Haruskah kita mengikuti pepatah tersebut? Tentu tidak! Kita sebagai makhluk yang ber-Tuhan tentu percaya bahwa Tuhan Maha Adil dan Maha Kaya. Tuhan berkepentingan terhadap orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika moral dalam menjalankan profesi dan usahanya untuk membuktikan kebesaran-Nya.
Alangkah baiknya apabila para pendidik, atasan, atau senior kita dalam bisnis rancang bangun dan jasa konstruksi dapat membimbing kita untuk menjunjung tinggi etika dan tetap mampu bersaing secara profesional. Alangkah baiknya apabila kita tidak terburu-buru menganggap benar segala sesuatu yang sudah biasa dilakukan orang, tetapi membiasakan diri untuk melihat dan melakukan segala sesuatu yang benar. Pada saatnya kitapun akan mampu membimbing para junior kita untuk menjadi para praktisi yang profesional dan beretika. Dengan demikian kita bisa berharap untuk terwujudnya dunia jasa konstruksi di negeri kita yang akan terus mengalami perbaikan secara berkelanjutan.
Semoga bermanfaat.
Selamat berkarya.
Haruskah kita membiarkan diri kita terhanyut dalam arus yang tidak sehat tersebut? Mungkinkah kita dapat berperan dalam memperbaiki keadaan? Cara terbaik yang dapat dilakukan hanyalah dengan memulai dari diri kita sendiri untuk konsisten dalam menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam segala hal yang kita kerjakan walau bagaimanapun konsekuensinya. Pepatah jawa mengatakan “jamane wis edan, yen ra ngedan ra keduman” yang berarti bahwa “jaman sudah gila, kalau tidak ikut-ikutan gila tidak akan kebagian”. Haruskah kita mengikuti pepatah tersebut? Tentu tidak! Kita sebagai makhluk yang ber-Tuhan tentu percaya bahwa Tuhan Maha Adil dan Maha Kaya. Tuhan berkepentingan terhadap orang-orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika moral dalam menjalankan profesi dan usahanya untuk membuktikan kebesaran-Nya.
Alangkah baiknya apabila para pendidik, atasan, atau senior kita dalam bisnis rancang bangun dan jasa konstruksi dapat membimbing kita untuk menjunjung tinggi etika dan tetap mampu bersaing secara profesional. Alangkah baiknya apabila kita tidak terburu-buru menganggap benar segala sesuatu yang sudah biasa dilakukan orang, tetapi membiasakan diri untuk melihat dan melakukan segala sesuatu yang benar. Pada saatnya kitapun akan mampu membimbing para junior kita untuk menjadi para praktisi yang profesional dan beretika. Dengan demikian kita bisa berharap untuk terwujudnya dunia jasa konstruksi di negeri kita yang akan terus mengalami perbaikan secara berkelanjutan.
Semoga bermanfaat.
Selamat berkarya.